Dibawah ini adalah naskah drama yang
saya buat untuk tugas Bahasa Indonesia kelas IX yang bertemakan persahabatan.
Jadi, selamat membaca untuk para pembaca.
Janji Kita
Karya
: Vikry M.S.
Sebuah kisah yang terjadi di sekolah
bernama SMP Negeri Suka Miskin, walaupun nama sekolahnya seperti itu tetapi
sekolah tersebut adalah sekolah ternama yang ada di kota. Di sekolah tersebut
terdapat 4 orang pelajar yang terkenal karena prestasi dan kepemimpinannya
yaitu Evan yang memegang jabatan Ketua OSIS, Azril yang sering sekali mewakili
SMP Negeri Suka Miskin dalam lomba IPA, Firza yang memegang jabatan Ketua
Paskibra, dan Alfin kapten tim sepak bola SMP Negeri Suka Miskin yang membawa
timnya menjuari Liga Pendidikan Indonesia tingkat provinsi. Mereka semua ini
sudah bersahabat ketika mereka bertemu di kegiatan mabis.
Saat jam istirahat tiba, seperti
biasa mereka berkumpul di kantin.
Evan : (tersenyum lalu berbicara kepada sahabat – sahabatnya
yang sedang khusyu menyantap makanan yang mereka beli) Eh, malam ini malam
minggu nih. Bagaimana kalau kita main? Itung – itung penyegaran sebelum nanti
kita di sibukkan karena menghadapi ujian nasional.
Alfin : Heleh kamu
ini, main apa coba? Main bekel? (tertawa)
Evan : Lah kamu ini
saya ajakin serius geh malah begitu. (mengerutkan dahi, menampakkan
kekesalannya)
Firza : Hayo loh
Alfin, Ketua OSIS kita marah. (tertawa)
Evan : Sudah – sudah
jangan di bahas lagi, jadi bagaimana nih mau tidak? Hey Azril jangan makan
saja, bagaimana menurutmu?
Azril : (kaget lalu
melihat ke arah Evan) Haisssorry, yasudah aku mau.
Evan : Azril sudah
menjawab, bagaimana dengan kalian berdua?
Alfin & Firza : (serempak menjawab sambil tersenyum) Oke
deh!
Evan : Yang jadi
permasalahan, kita main apa dan di rumah siapa?
Azril : Bagaimana
kalau kita bakar – bakaran? Bukan bakar sampah yah maksud saya, tetapi bakar
ikan, kita makan – makan tetapi kita buat sendiri. Untuk tempat yah gak usah
bingung dirumah saya saja. Oke? (tersenyum)
Evan, Firza, dan Alfin : (serempak menjawab sambil mengacungkan
jari keatas) Oke!
Alfin : Yasudah, bagaimana kalau kita sekarang membagi tugas
siapa saja yang akan membawa peralatan dan bahan untuk bakar – bakarannya?
Azril : Ah tidak usah, di rumah saya juga sudah ada semuanya.
Alfin : Yang benar?
Evan : Iya tuh zril, apa benar?
Azril : Iya benar.
Firza : Tapi itukan terlalu merepotkanmu.
Azril : Tidak apa –
apa untuk kali ini mah. (tersenyum)
Firza : Hmm yasudah
terima kasih yah zril.
Evan & Alfin : (serempak menjawab) iya terima kasih yah
zril.
Azril : Iyah sama –
sama dan jangan lupa yah pukul 7 malam kalian datang ke rumah saya.
Percakapan
itu pun berakhir bersamaan dengan bel waktu istirahat yang sudah habis
berbunyi, mereka semua memasuki kelasnya masing – masing dan melanjutkan jam
mata pelajaran yang tersisa sampai bel pulang tiba.
(bel berbunyi, mereka bertemu dahulu sebelum pulang ke rumah
masing – masing)
Azril : (tersenyum) Hey jangan lupa yah.
Evan, Firza, dan Alfin : (serempak menjawab sambil tersenyum)
Oke deh zril kita janji gak akan lupa!
Azril : Yasudah. (tersenyum lalu meninggalkan mereka bertiga)
Evan : Eh, biar tidak merepotkan dan sebagai tanda terima
kasih kepada Azril, bagaimana kalau kita membelikan dia kue?
Firza : Wah, ide bagus tuh.
Alfin : Terus kapan kita membelinya?
Firza : Iya benar, kapan yah?
Evan : Begini saja, bagaimana jika nanti malam pukul setengah
7 kita ketemuan di Toko Kue Sari Rasa?
Alfin : (tersenyum) Oh iya benar – benar tuh.
Evan : Yasudah, saya pulang yah, dah!
Firza & Alfin : (serempak menjawab sambil tersenyum) Dah!
Evan, Alfin,
dan Firza pun pulang ke rumah masing – masing dan akan bertemu kembali nanti
malm.
Pukul setengah 7 malam pun tiba.
(Evan,
Alfin, dan Firza pun datang bersamaan ke Toko Kue Sari Rasa)
Evan : Baru datang atau sudah daritadi nih?
Alfin : Oh gak ko.
Firza : Iya gak ko, malahan pas banget kita datang bersamaan.
Alfin : Yasudah yuk kita masuk, nanti kita bisa telat
datangnya.
Evan : Yasudah.
Evan, Alfin,
dan Firza pun masuk ke toko tersebut dan beberapa saat kemudian mereka keluar
dari toko tersebut dengan membawa satu kotak yang berisikan kue.
Evan : Langsung saja yuk kita cari angkot dan menuju rumah
Azril.
Firza : Iya.
Evan, Alfin,
dan Firza lalu naik angkot dan menuju rumah Azril. Namun apa yang terjadi,
angkot yang mereka naiki mengalami kecelakaan.
Lalu pada
saat yang bersamaan Azril yang sedang menunggu di Evan, Alfin, dan Firza
merasakan perasaan yang tidak enak akan sahabat – sahabatnya.
Azril : (cemas sambil melihat jam) Hmm, kok tumben yah mereka
tidak datang tepat waktu. Padahal biasanya mereka tepat sekali, coba saya
telepon deh. (mengambil handphone lalu menelpon)
Azril sudah
menelpon Evan, Alfin, dan Firza. Namun, dari semua nomor handphone Evan, Alfin,
dan Firza tidak ada yang di angkat. Beberapa saat kemudian ada sms yang masuk
ke handphone Azril bahwa Evan, Alfin, dan Firza mengalami kecelakaan. Azril pun
langsung menuju rumah sakit tempat Evan, Alfin, dan Firza berada. Namun
sesampainya Azril di rumah sakit ternyata Evan dan Firza sudah meninggal tetapi
Alfin yang mengalami kecelakaan juga sedang dalam keadaan kritis, Azril pun
langsung menemui Alfin.
Azril : (menangis) Apa yang terjadi dengan kalian?
Alfin : (berbicara terbata – bata sambil menitihkan air mata)
Hmm, mungkin takdir Allah. Oh iya kita bertiga meminta maaf jika kita tidak
bisa menepati janji. Ini pesan saya yang terakhir untukmu, terima kasih sudah
menjadi teman kami dan jika kamu menemukan orang yang lebih baik dari kita,
kamu sisakan nama kita bertiga di hati kecilmu itu. (menghembuskan nafas
terakhir)
Setelah
Alfin menghembuskan nafas terakhirnya, Azril pun menangis dengan sangat
kencang. Dia tidak percaya bahwa sahabat – sahabat yang dia sayang telah tiada.
Walaupun begitu, dia yang awalnya tidak ikhlas menjadi ikhlas. Dia sadar bahwa semua
ini kehendak Allah yang pada dasarnya setiap pertemuan pasti ada perpisahan.